Kamis, 01 Agustus 2013

Makalah SPI (Sejarah Peradaban Islam)




“DUNIA ISLAM pada MASA TIGA KERAJAAN BESAR”
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah SPI


Disusun oleh   : Kelompok IX                        Kelas: EKIS F
1.      Yulianah                (121401162)
2.      Budi Hidayatullah (1214011    )
3.      Hayati Nufus        (121401164)
4.      Mulista Rahayu     (121401165)


FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
                                     IAIN (INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI)                                                 
 SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2013 / 1434 H







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR           ………………………………………………………            i
DAFTAR ISI                          ………………………………………………………            ii
BAB I PENDAHULUAN     ………………………………………………………            1
A. Latar Belakang Masalah    ………………………………………………            1
B. Rumusan Masalah              ………………………………………………            2
BAB II PEMBAHASAN      ………………………………………………………            3
MASA TIGA KERAJAAN BESAR            …………………………………….            3
A.        KERAJAAN SYAFAWIYAH di PERSIA    ……………………..                        3
1.         Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Syafawiyah  …………………                        3
2.         Kesultanan Kerajaan Syafawiyah       ………………………………            3
3.            Kemajuan Peradaban Islam di Persia  ………………………………            4
4.            Kemunduran dan Kehancuran                        ………………………………            5
B.        KERAJAAN TURKI USMANI        ………………………………            6
1.         Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Usmaniyah       ………………            6
2.         Kesultanan Turki Usmani       ………………………………………            6
3.         Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan    ………………………            7
4.         Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani   ………………………………            9

C.        KERAJAAN MUGHAL DI INDIA ………………………………            10
1.         Latar Belakang Berdirnya Kerajaan Mughol  ………………………            10
2.         Kesultanan kerajaan Mughal   ………………………………………            10
3.         Puncak Kejayaan        ………………………………………………            11
4.         Kemunduran Kerajaan Mughal           ………………………………            12

PERBEDAAN  KEMAJUAN  MASA INI DENGAN MASA KLASIK   ……    13

BAB III PENUTUP   ……………………………………………………………....            14
KESIMPULAN          ………………………………………………………            14

DAFTAR PUSTAKA                        ………………………………………………………            15












BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam disepanjang sejarah, selalu berupaya melakukan peran-peran aktif dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lain atas nama agama. Seperti peran nabi Muhammad di Madinah dalam pembinaan msasyarakat yang majemuk, sumbangan Bani Umayyah di Spanyol terhadap perkembangan sains di Eropa, peran Bani Abbas di Baghdad dalam menumbuhkan tradisi intelektual, dan di masa modern bangsa-bangsa Muslim berjuang melawan kolonial dan musuh-musuh peradaban kemanusiaan seperti yang sekarang terjadi. Fakta historis ini membedakan ummat Islam dengan ummat agama lainnya yang cendrung membatasi agama dari keterlibatan langsung dengan permasalahan-permasalahan social, khususnya politik. Salah satu kekayaan pranata politik Islam yang belum ada tandingannya dalam sejarah umat manusia kapanpun adalah sistem kekhalifahan (Khilafah). Kaum Muslimin pernah memiliki suatu daerah kekuasaan yang sangat luas membentang dari Iran di Timur sampai Spanyol di Barat, dan dari Ethiopia di Selatan sampai Turki di Utara. Beberapa paradigma historis Islam yang turut mendukung perluasan wilayah Islam ini adalah : Spiritual, Kultural dan Land Reform.
Ketiga prinsip atau pendekatan Islamisasi ini bergerak di bawah satu institusi yang menjadi kekhasan keunggulan politik Islam dan berjasa menyatukan wilayah yang demikian luas di bawah dinasti Umayyah dan Abbasiyah yaitu sistem Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Karena keunggulannya ini, lembaga khilafah telah menjadi kebanggaan umat Islam ketika mengenang sejarah mereka pada zaman kejayaannya.
Pasca runtuhnya dua kekuatan besar Islam, Daulat Abbasiyah dan Daulat Umaiyah. Islam mengalami kemunduran dalam berbagai hal sehingga Islam tumbuh secara terkotak-kotak. Hal ini di karenakan pada masa tersebut banyak muncul kerajaan-kerajaan kecil dengan sistem pemerintahan yang independent. Di sisi lain ekspansi bangsa mongolia terhadap wilayah Islam terus berlanjut dengan membawa dampak kehancuran terhadap peradaban Islam, hingga muncullah masa tiga kerajaan besar sebagai kekuatan baru Islam yaitu Kerajaan Syafawiyah di Persia, Turki Usmani di Turki dan Kerajaan Mughol di India. Ketiga kerajaan ini perlu dibahas lebih lanjut untuk mengetahui perkembangan politik di dunia Islam.


B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah yang berkaitan dengan tiga kerajaan besar yaitu:
  1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya tiga kerajaan besar tersebut yaitu Syafawiyah, Turki Usmani dan Mughol?
  2. Apa saja kontribusinya di dunia Islam?
  3. Apa yang menyebabkan keruntuhan ketiga kerajaan tersebut?


















BAB II
PEMBAHASAN

MASA TIGA KERAJAAN BESAR
A.        KERAJAAN SYAFAWIYAH di PERSIA
1.      Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Syafawiyah.
Daulah Syafawiyah berasal dari sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Ishak Syafiuddin (1252-1334) yang berpusat di Ardabil, sebuah kota di Azerbijan. Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki. Sebagai pendiri kerajaan, Safiuddin dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf  berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar. Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907, tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah diTabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan menjadikan Syiah Itsna Asyariah sebagai ideologi negara.
2.         Kesultanan Kerajaan Syafawiyah.
Pada 1524, shah Ismail wafat. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah utara Tranxsosiana sampai teluk Persia di wilayah selatan. Afganistan dibagian Timur hingga dibagian Barat sungai Eufrat. Setelah itu Shah Tamasp putranya diangkat menjadi raja. Pada tahun 1554 M. Dia menjadi penguasa yang paling lama berkuasa di kerajaan Syafawiyah. Setelah ia meninggal dunia, terjadilah benturan antara pangeran syafawi dengan Suku Kijilbash. Tetapi yang paling dekat dengannya adalah anak ke-limanya yaitu Pangeran Haedar Mirza, kedekatan ini yang membuatnya mengumumkan dirinya menjadi pangeran, inilah yang membuat orang Kijilbash menjadi keberatan, akhirnya Haedar Mirza terbunuh.
 Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1.   Isma'il I (1501-1524 M)
2.   Tahmasp I (1524-1576 M)
3.   Isma'il II (1576-1577 M)
4    Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5.   Abbas I (1587-1628 M)
6.   Safi Mirza (1628-1642 M)
7.   Abbas II (1642-1667 M)
8.   Sulaiman (1667-1694 M)
9 .  Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
Periode Shah Abbas yang pada saat itu berusia 16 tahun. Ia sangat terkenal dan berhasil menarik simpati rakayatnya dan Ia berhasil menstabilkan kondisi pemerintahan. Abbas I menempuh langkah yaitu:
  • Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizibasy atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang terdiri atas budak-budak.
  • Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.
Pada periode ini kamjuan ilmu politik dan ekonomi sangat pesat. Salah satu bukti kamjuannya adalah bangunan Cahel Sultun yang terdiri atas empat puluh pilar yang kokoh, disanalah kerajaan Syafawiyah. Disisi lain puisi dan filsafat juga mendapatkan perhatian pada periode ini. Lembaga-lembaga pendidikan Syi’ah juga berkembang dengan subur. Banyak sekolah yang dibangun oleh kerajaan Syafawiyah di Isfahan, Siraj dan Mushad.
Hancurnya Syafawiyah dimulai sejak wafatnya Abbas I, tetapi kehancuran total mulai terlihat ketika Khalifah Sulaiman berkuasa. Ia balas dendam karena rezim Syi’ah melakukan pemerasan dan penindasan terhadap rakyat, termasuk pemaksaan terhadap ulama dari golongan Sunni agar menerima ajaran Syi’ah. Dan puncak kehancurannya terjadi saat kekuasaan Shah Sultan Husein II.         

3.            Kemajuan Peradaban Islam di Persia
Keberhasilan raja Abbas I dalam merebut kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya menjadi tolak ukur kemajuan peradaban Islam di Persia khususnya dalam bidang politik. Selain kemajuan di bidang politik, raja Abbas I juga telah membawa peradaban Islam menuju masa keemasan di bidang yang lainnya seperti ekonomi, ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Di bidang ekonomi, raja Abbas I berhasil mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pusat perdagangan yang berada pada jalur penghubung antara Timur dan Barat. Sedangkan di dunia IPTEK, Persia masa itu berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan handal seperti Baha al-Din al-Syaerazi, Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.
Kemajuan di bidang keagamaan. Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khafilah-khafilah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau Abbas tanamkam paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan (Hamka, 1981:70).
Pada masa kejayaan ini kerajaan telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, seperti masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun. Pada pintu masjid ini terdapat lapisan perak yang membuat masjid ini terlihat begitu megah.

4.  Kemunduran dan Kehancuran
Sepeninggal Abbas I Syafawi dipimpin oleh Sultan-Sultan yang tidak mampu mempertahankan kemajuan Syafawi. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain sebagai berikut:
  • Ketegangan dan konflik dengan Turki Usmani yang keberadaannya jauh lebih besar dan kuat daripada Syafawi.
  • Keadaan para sultan yang lemah dan tidak efektif memimpin. Abbas II adalah raja yang gemar minum-minuman keras demikian juga sultan-sultan setelahnya yang memaksakan kehendak terhadap rakyatnya sehingga banyak pemberontakan yang menyebabkan kerajaan runtuh.
·         Kelemahan para sultan ditambah dengan melemahnya semangat pasukan budak-budak yang direkrut Abbas I. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
  • Dekadensi moral khusunya dilingkungan Istana juga menyebabkan merosotnya pamor Syafawi dimata rakyatnya. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
·         Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
                                                                                          

B.        KERAJAAN TURKI USMANI
1.         Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Usmaniyah
Kerajaan Turki Utsmani berdiri tahun 1281. Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara negeri Cina, yaitu Utsman bin Erthogril (Yatim:2010:129) Nama Utsmani diambil dari kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini yaitu Utsman bin Erthogril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus Turki. (Thohir, 2004:182) Sebelum berdirinya kerajaan Turki Utsmani, diawali dengan pengembaraan Sulaiaman Syah ke Anatolia tetapi sebelum mencapai tujuan meninggal di Azerbaijan kemudian kedudukannya digantikan putranya yang bernama Erthogril, dan akhirnya sampailah ke Anatolia dan diterima penguasa Seljuk, Sultan Alaudin yang sedang berperang dengan Bizantium. Berkat bantuan dari Erthogril, pasukan Sultan Alaudin mendapatkan kemenangan, sehingga Erthogril mendapat hadiah sebidang wilayah di perbatasan Bizantium serta memberi wewenang mengadakan ekspansi.
Sepeninggal Erthogril, atas persetujuan sultan Alaudin, digantikan putranya yang bernama Utsman yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M. Akibat serangan Mongol terhadap Bagdad termasuk Seljuk yang terjadi pada tahun 1300 M menyebabkan terbunuhnya Sultan Alaudin dan akibatnya dinasti ini terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk inilah Utsman mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Utsmani. (Thohir,2004: 182) Dengan Utsman sebagai raja pertama yang sering disebut Utsman I ( Yatim, 2010: 130). Jika kita menapaki sejarah, kerajaan Turki Utsmani merupakan kerajaan terbesar dan paling lama berkuasa, selama enam abad lebih (1281-1924 M), Pada masa pemerintahan Turki Utsmani para sultan bukan hanya merebut negeri-negeri arab, tetapi juga seluruh wilayah antara Kaukasus dan kota Wina, bahkan sampai ke Balkan. Dengan demikian tumbuhlah pusat-pusat Islam di Trace, Macedonia, Thessaly, Bosnia, Herzegovina, Bulgaria, Albania, dan sekitarnya (Thohir, 2004:180). Bahkan raja-raja Islam di Indonesia (abad XVII), seperti raja Aceh dan Banten pernah mengutus para utusan dengan kerajaan Turki Utsmani dan pernah meminta pengakuan memakai gelar sultan dari Istambul.

2.         Kesultanan Turki Usmani
Raja-raja Turki Usmani bergelar Sultan dan khalifah sekaligus. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun-temurun walaupun tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu. Setelah Usman meninggal pada tahun 1326 M, kemudian Ia digantikan oleh puteranya yang bernama Orkhan (Urkhan). Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa karena Orkhan berhasil membentuk tiga pasukan utama tentaranya yang terdiri dari: Sipahi (tentara regular), Hazab (terntara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal Al-Ganimah). Ketiga yaitu tentara Jenisari yang direkrut pada saat berumur dua belas. Karena tentara tersebut menyalah gunakan kekuatan mereka, sehinga pada masa Sultan Mahmud II berkuasa tentara ini dibubarkan (1969: 117). Setelah itu Sultan Mahmud digantikan oleh puteranya yang bernama Murad I yang berhasil menaklukkan banyak daerah seperti Adrionopol, Masedonia, Bulgaria, Serbia dan Asia Kecil. Namun yang paling monumental adalah penaklukkan di Kosovo (1389 M) sehingga daerah tersebut selama lima ratus tahun dikuasai oleh pemerintahan Turki Usmani. Walaupun banyak menghadapi peperangan Sultan Murad I tidak pernah terkalahkan, sehingga ia dijuluki Alexander pada Abad pertengahan. Setelah itu Murad digantikan oleh puteranya yang bernama Bayazid yang terkenal dengan julukan Ildrim/Eldream (kilat). Bayazid dengan cepat menaklukkan daerah-daerah sekitar dan memperluas wilayahnya sampai ke Eropa. Sepeninggal Bayazid Turki Usmani mulai mengalami kemunduran. Selanjutnya Turki Usmani dipimpin oleh Muhammad yang berhasil mengmbalikan Turki Usmani seperti sedia kala, dia berhasil menstabilkan Turki Usmani dan atas keberhasilannya ini para sejarawan mensejajarkannya dengan Umar II dari dinasti Umayyah.
Setelah Muhammad meninggal, ia digantikan oleh Murad II yang berhasil mengembalikan citra Murad I, yaitu dengan kembali merebut daerah-daerah kekuasaan di Eropa (Kosovo) yang sempat lepas setelah Bayazid meninggal. Dia juga seorang penguasa yang saleh dan dicintai oleh rakyatnya, juga seorang yang sabar, cerdas dan berjiwa besar dan ahli ketatanegaraan.

3.            Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan
Penaklukkan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 29 Mei tahun 1453 saat dipimpin oleh Muhammad II atau yang dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Muhammad al-Fatih mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. Pada saat itulah kehancuran bagi Bizantium yang sudah berkuasa sebelum masa Nabi. Sultan Muhammad al-Fatih  juga berhasil menaklukkan Venish, Italy, Rhodos dan Cremia yang terkenal dengan Konstantinopel II.
Al-Fatih juga menetapkan undang-undang baru dalam Islam yang disahkan dalam Qanun Namah yaitu membunuh saudara kandung, termasuk keponakan, paman dan keluarga dekat yang dianggap bersaing dalam perebutan kekuasaan- adalah Halal, dengan alasan untuk tetap menjaga keutuhan Negara dan wilayahnya tidak terpecah-pecah. Fatwa tersebut disahkan oleh Syaikh al-Islam. Setelah Fatih meninggal, ia digantikan oleh puteranya yang bernama Bayazid II, kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Salim I, ia terkenal sebagai penguasa yang sangat kejam. Dalam sejarah Eropa, ia dikenal sebagai Salim The Grim. Sebelum menjadi Sultan ia melawan ayahnya dan melakukan pembunuhan terhadap saudaranya yang bersaing merebut tahta dan kekuasaan. Ia menaklukkan Asia Kecil, Persia, Kaldrin dan Mesir dan juga berhasil menaklukkan Sultan Mamluk (1517 M). Ia juga memindahkan Khalifah Bani Abbas ke Konstantinopel dan merebut gelar saklar dengan cara paksa. Dengan pemindahan jabatan sakral dari Kairo ke Konstantinopel, maka sejak itu nama kota tersebut berubah menjadi Istambul.
Sejak saat itu dalam sejarah Islam terdapat dua jabatan penting yang di kuasai oleh seorang penguasa, yaitu sebagai Sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi seluruh dunia Islam. Sepeninggal Salim I, ia digantikan Sulaiman Agung 1520-1566 M, ia merupakan penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam. Ia dijuluki sebagai Sulaiman Al-Qanuni. Sulaiman merupakan pemimpin yang paling terkenal di kalangan Turki Usmani dan pada awal abad ke-16 ia adalah kepala Negara yang paling terkenal di dunia. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Bahkan pada saat terjadi pertentangan antara protestan dan katolik di Eropa, sebagian diantara mereka meminta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Setelah Sulaiman, kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran.

Fakktor – faktor kemajuan Turki Utsmani, dipengaruhi antara lain:
1. Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa sehingga mereka hidup berkecukupan dan mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
2. Tidak adanya diskriminasi dari penguasa, semua pihak berhak mendapat kedudukan yang tinggi, tidak terbatas pada kelompok tertentu saja.
3. Menggunakan tenaga profesional dan terampil khususnya di bidang administrasi pemerintahan serta kepengurusan organisasi yang cakap
4. Turki memperlakukan para pendatang dan penduduk baru secara baik dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat, sehingga mereka banyak yang tertarik memeluk agama Islam.
5. Rakyat yang memeluk agama kristen hanya dibebani biayaperlindungan (jizyah) yang murah dibanding di zaman Bizantium.
6. Turki membebaskan rakyatnya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing, bahkan kepada penduduk pendatang seperti waktu hari besar kristen para tentara yeniseri menjaga gereja. (Thohir, 2004:190)
4.         Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani
Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional, dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya. Sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara.
Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Kemal mengeluarkan ancaman bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.
Faktor-Faktor Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
·         Faktor internal
1. Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya system pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang penerusnya yang kurang profesional, kurangnya keadilan serta korupsi yang merajalela.
2. Heterogenitas penduduk dan agama. Menurut Philip K Hitti, dalam Tarikh al Daulah al Islamiyah menyatakan bahwa suatu negara yang landasan berdirinya untuk kepentingan militer, bukan untuk kemashlahatan bangsa, tidak akan mampu menyatukan keberagaman penduduk dan agama.
3. Kehidupan para penguasa yang suka bermewah-mewahan mengikuti gaya hidup orang barat dan meninggalkan nilai-nilai Islam.
4. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang berlangsung berabad-abad lamanya.
·         Faktor Eksternal
1. Timbulnya gerakan nasionalisme di kalangan bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki Utsmani.
2. Kemajuan teknologi di dunia barat, khususnya di bidang persenjataan, sedangkan Turki mengalami stagnasi dalam bidang teknologi senjata, sehingga selalu mengalami kekalahan dalam setiap kontak senjata dengan bangsa Eropa.(Thohir.2004: 191-192)
Sampai pada akhirnya pada tanggal 3 maret 1924, dengan tokoh reformisnya Mustafa Kemal Attaturk, secara resmi menghapus lembaga kesultanan dan khilafah dari bumi Turki dan memproklamsikan negara Republik Turki, sebagai negara sekuler dalam konstitusi.
C.        KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
1.         Latar Belakang Berdirnya Kerajaan Mughol
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga keajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang termuda. Kerjaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim (Yatim,2010: 145) Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota didirikan oleh Zaharuddin Babur (1482-1530 M) , salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Ferghana. Babur mewarisi Ferghana dari ayahnya ketika berumur 11 Tahun. Pada tahun 1494 M, dia berhasil menduduki Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah dengan bantuan dari Raja Safawi, Ismail I. Kemudian di tahun 1504 M, Kota Kabul di Afghanistan berhasil diduduki. Setelah Kabul berhasil ditaklukkan, Raja Babur melanjutkan ekspansinya ke India untuk melawan raja Ibrahim Lodi sebagai penguasa India. Karena terjadi krisis pemerintahan di India, hal ini menguntungkan pihak Babur. Dengan mengerahkan militernya akhirnya pada tahun 1525 M, berhasil menaklukkan Punjab dengan ibukotanya Lahore, dan di tahun 1526M terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Ibrahim dengan Babur di Panipat, Babur berhasil memasuki kota Delhi pada tanggal 21 April 1526, sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahan dengan mendirikan kerajaan Mughal di Delhi.
Kerajaan Mughal patut untuk dimasukkan ke dalam salah satu kerajaan terkuat di India. Latar belakang sejarah berdirinya kerajaan Mughal berawal dari ekspansi yang dilakukan oleh Zahirudin Muhammad dikenal dengan Babur yang berarti singa, salah satu cucu dari timur lank. Kemenangan Babur atas ekspansi di wilayah Samarkand tidak lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari kerajaan Safawi. Sehingga dalam beberapa peperangan kerajaan Mughal selalu mendapatkan kemenangan.

2.         Kesultanan kerajaan Mughal

Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulakhul atau toleransi universal. Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan etnis dan agamanya. Sehingga di masa Akbar, kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang lain.
Amir-amir dan sultan-sultan Islam yang selama ini berkuasa di daerahnya sendiri dengan cara kesewenang-wenangan bersama dengan para maharaja beragama Brahmana, berkat Akbar semuanya telah menjadi tiang-tiang bagi sebuah imperium Islam yang besar di Benua India. Di samping itu, pemerintahan tidak dipegangnya sendiri, tetapi diadakannya menteri-menteri. Kepada pemungut pajak diperintahkan dengan keras agar tidak memungut pajak dengan memaksa dan memeras. Di dalam persoalan agama,beliau sangat toleran dan bagi orang yang beragam Hindu dihormati oleh Akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam (Hamka, 1981: 150). Dengan demikian, Akbar adalah seorang reformis Kerajaan Mughal yang telah menata pemerintahan dengan sistem yang lebih baik dibanding dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya. Di bidang agama, ia adalah sebagai tokoh moderat yang memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
Dengan adanya kebijakan seperti di atas, rakyat India sangat simpati kepadanya dan kehidupan sosial masyarakat saling hormat-menghormati serta senantiasa menjunjung tinggi toleransi.



3.            Puncak Kejayaan

Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi Kerajaan Mughal pada abad ke-17, mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan, seni, dan budaya. Di bidang pengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan. Di bidang filsafat cukup maju dan satu di antara tokohnya adalah Akbar sendiri, sementara ahli tasawuf yang terkenal pada masa itu adalah Mubarok, Abdul Faidhl, dan Abul Fadl, (Hamka, 1981: 152)
Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayadi seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa manusia. Pada masa Akbar, dibangun Istana Fatpur di sikri, vila, dan masjid yang indah. Pada zaman Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Aqra, Masjid Raya Delhi di Istana Indah, Lahore, (Yatim, 2010:151). Sultan-sultan Mughal juga mendirikan makam-makam yang indah. Berdasarkan uraian di atas maka ilmu pengetahuan, seni, dan budaya pada masa Kerajaan Mughal maju cukup pesat, khususnya pada masa Akbar.
 Kemajuan di bidang Ekonomi. Sektor ekonomi utama kerajaan Mughal berasal dari hasil pertanian seperti biji-bijian, padi kapas, nila, rempah-rempah dll, bahkan hasil pertanian ini diekspor ke negara Eropa, Afrika, Arabia dan Asia tenggara bersama dengan hasil kerajinan seperti pakaian tenun dan kain tipis yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal.  Kemajuan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya yaitu, Jehangir (1605-1628), Syah Jehan (1628-1658) dan Aurangzeb (1658-1707), ketiganya merupakan sultan sultan besar Mughal yang didukung dengan berbagai kecakapan dan kekuatan militer , tetapi setelah terjadi pergantian raja raja sesudahnya kerajaan Mughal mengalami kehancuran.

Faktor – faktor kemajuan kerajaan Mughal:
a. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, antara masyarakat beretnis dari India maupun non India (Persi atau Turki).
b. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra.


4.            Kemunduran Kerajaan Mughal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau keras dalam melaksanakan syariat Islam tanpa adanya toleransi antar umat beragama Islam dengan Hindu, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.









PERBEDAAN  KEMAJUAN  MASA INI DENGAN MASA KLASIK
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat islam kembali mengalami kemajuan akan tetapi, kemajuan yang di capai berbeda dengan kemajuan pada masa klasik islam, kemajuan pada masa klasik lebih kompleks.NAda beberapa alasan mengapa kemajuan yang di capai masa ini  tidak sebanding dengan kemajuan yang di capai pada masa  klasik:
1.      Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah netode berfikir tradisional. Cara berfikir ini tampaknya mempengaruhi perkembangan peradapan dan ilmu pengetahuan 
2.      Pada masa klasik islam, kebebasan berfikir berkembang dengan masuknya pemikiran filsafat yunani. Namun kebebasan ini menurun sejak Al-Ghazali melontarkan kritik tajam dengan pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya Tahafut al-falasifah (kekecauan para filosof). Nurkholis Majid mengatakan pemikiran Al- Ghazali itu memenjarakan kreatifitas intlektual islam.
3.      Al- Ghazali tidak hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, akan tetapi juga menghidupkan  ajaran tasawuf dalam islam. Sehingga ajaran ini berkembang pesat setelah Al- Ghazali.
4.      Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikirn yang di sediakan masa klasik seperti perpustakaan dan karya-karya ilmiah, baik yang di terjamahkan  dalam bahasa yunani, persia, dan syiria maupun dari bahasa lainnya banyak yang hancur,dan hilang akibat serangan bangsa mongol.
5.      Kekuasaan islam pada masa tiga kerajaan besar di pegang oleh bangsa  turki dan mongol yang lebih di kenal sebagai bangsa yang suka perang ketimbang bangsa yang suka ilmu.
6.      Pusat-pusat kekuasaan islam pada masa ini tidak berada di wilayah Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab.



BAB III

PENUTUP


KESIMPULAN


Uraian diatas dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:

1.      Kebesaran imperium Islam abad ke-17 tertumpu pada tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Syafawi di Persia, Mughal di India, dan Turki Utsmani di Turki.
2.      Proses terbentunya ketiga kerajaan tersebut yaitu,
a. Kerajaan Turki Utsmani terbentuk akibat terbunuhnya Sultan Seljuk, Alaudin ketika mendapat serangan dari kerajaan Mongol sehingga kerajaan –kerajaan kecil di sekitar Seljuk memproklamirkan sebagai sebuah kerajaan termasuk sultan Utsman yang kemudian mendirikan kerajaan Utsmani.
b. Kerajaan Safawi terbentuk berawal dari gerakan tarekat safawiyah yang ingin terjun ke dunia politik sampai pada akhirnya terwujud ketika Syah Ismail berhasil menaklukkan kota Tabriz, dengan Syiah Itsna Asyariah sebagai ideologi negara.
c.  Kerajaan Mughal terbentuk melalui proses yang panjang, yaitu setelah sultan Babur berhasil mengalahkan Ibrahim Lodi penguasa di India, dan menaklukkan Delhi. Dengan keberhasilannya tersebut Sultan Babur memproklamirkan berdirinya kerajaan mughal di India. 
            3.    Kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran disbanding pada masa Dinasti Abbasyiah, yang dipicu oleh berkembangnya berbagai aliran tarekat dan terpaku pada satu madzab.
4.  Kemajuan yang dicapai terutama dalam bidang politik terutama dalam perluasan wilayah, ekonomi maupun seni
            5.   Kemajuan tersebut disebabkan karena faktor kekuatan militer serta pasukannya yang sangat setia terhadap pemimpinnya, jiwa dan tenaga yang tangguh.
6.  Tetapi kemajuan yang dicapai ternyata tidak berlangsung lama yang disebabkan regenerasi raja-raja yang tidak setangguh pendahulunya, sering terjadi perebutan kekuasaan dikalangan istana, serta kehidupan duniawi yang berlebihan para raja dan intervensi negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Austria dan Perancis.


Demikian makalah yang dapat kami sajikan semoga dapat menjadi pelajaran bagi perkembangan Islam di masa yang akan datang . 



DAFTAR PUSTAKA



1.    Tohir, Ajid, Perkembangan pradaban Di kawasan Dunia  Islam, Raja Gratindo Pesada, Jakarta, 2004.
2.    Yatim, Badri, sejarah peradaban islam, Raja Gratindo Persia, Jakara, 2004.
3.    Siti, Sa’adah, Http//PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN BESAR.