“DUNIA ISLAM pada MASA TIGA KERAJAAN BESAR”
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah SPI
Disusun oleh : Kelompok IX Kelas: EKIS F
1.
Yulianah (121401162)
2.
Budi
Hidayatullah (1214011 )
3.
Hayati
Nufus (121401164)
4.
Mulista
Rahayu (121401165)
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
IAIN (INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI)
SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2013 / 1434 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
A. Latar
Belakang Masalah ……………………………………………… 1
B. Rumusan
Masalah ……………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………… 3
MASA TIGA KERAJAAN BESAR ……………………………………. 3
A. KERAJAAN SYAFAWIYAH di PERSIA …………………….. 3
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan
Syafawiyah ………………… 3
2. Kesultanan Kerajaan Syafawiyah ……………………………… 3
3. Kemajuan Peradaban Islam di Persia ……………………………… 4
4. Kemunduran dan Kehancuran ……………………………… 5
B. KERAJAAN
TURKI USMANI ……………………………… 6
1. Latar
Belakang Berdirinya Kerajaan Usmaniyah ……………… 6
2. Kesultanan
Turki Usmani ……………………………………… 6
3. Perluasan
Wilayah dan Puncak Kekuasaan ……………………… 7
4. Runtuhnya
Khilafah Turki Utsmani ……………………………… 9
C. KERAJAAN
MUGHAL DI INDIA ……………………………… 10
1. Latar Belakang Berdirnya Kerajaan Mughol ……………………… 10
2. Kesultanan kerajaan
Mughal ……………………………………… 10
3. Puncak Kejayaan ……………………………………………… 11
4. Kemunduran Kerajaan Mughal ……………………………… 12
PERBEDAAN KEMAJUAN MASA INI DENGAN
MASA KLASIK …… 13
BAB III PENUTUP …………………………………………………………….... 14
KESIMPULAN ……………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam disepanjang sejarah, selalu berupaya
melakukan peran-peran aktif dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi,
kemasyarakatan dan lain-lain atas nama agama. Seperti peran nabi Muhammad di
Madinah dalam pembinaan msasyarakat yang majemuk, sumbangan Bani Umayyah di
Spanyol terhadap perkembangan sains di Eropa, peran Bani Abbas di Baghdad dalam
menumbuhkan tradisi intelektual, dan di masa modern bangsa-bangsa Muslim
berjuang melawan kolonial dan musuh-musuh peradaban kemanusiaan seperti yang
sekarang terjadi. Fakta historis ini membedakan ummat Islam dengan ummat agama
lainnya yang cendrung membatasi agama dari keterlibatan langsung dengan
permasalahan-permasalahan social, khususnya politik. Salah satu kekayaan
pranata politik Islam yang belum ada tandingannya dalam sejarah umat manusia
kapanpun adalah sistem kekhalifahan (Khilafah). Kaum Muslimin pernah memiliki
suatu daerah kekuasaan yang sangat luas membentang dari Iran di Timur sampai
Spanyol di Barat, dan dari Ethiopia di Selatan sampai Turki di Utara. Beberapa
paradigma historis Islam yang turut mendukung perluasan wilayah Islam ini
adalah : Spiritual, Kultural dan Land Reform.
Ketiga prinsip atau pendekatan Islamisasi ini
bergerak di bawah satu institusi yang menjadi kekhasan keunggulan politik Islam
dan berjasa menyatukan wilayah yang demikian luas di bawah dinasti Umayyah dan
Abbasiyah yaitu sistem Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Karena
keunggulannya ini, lembaga khilafah telah menjadi kebanggaan umat Islam ketika
mengenang sejarah mereka pada zaman kejayaannya.
Pasca runtuhnya dua kekuatan besar Islam,
Daulat Abbasiyah dan Daulat Umaiyah. Islam mengalami kemunduran dalam berbagai
hal sehingga Islam tumbuh secara terkotak-kotak. Hal ini di karenakan pada masa
tersebut banyak muncul kerajaan-kerajaan kecil dengan sistem pemerintahan yang
independent. Di sisi lain ekspansi bangsa mongolia terhadap wilayah Islam terus
berlanjut dengan membawa dampak kehancuran terhadap peradaban Islam, hingga
muncullah masa tiga kerajaan besar sebagai kekuatan baru Islam yaitu Kerajaan
Syafawiyah di Persia, Turki Usmani di Turki dan Kerajaan Mughol di India.
Ketiga kerajaan ini perlu dibahas lebih lanjut untuk mengetahui perkembangan
politik di dunia Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar
belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah yang
berkaitan dengan tiga kerajaan besar yaitu:
- Bagaimanakah latar belakang berdirinya tiga kerajaan besar tersebut yaitu Syafawiyah, Turki Usmani dan Mughol?
- Apa saja kontribusinya di dunia Islam?
- Apa yang menyebabkan keruntuhan ketiga kerajaan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
MASA TIGA KERAJAAN BESAR
A. KERAJAAN
SYAFAWIYAH di PERSIA
1. Latar Belakang
Berdirinya Kerajaan Syafawiyah.
Daulah
Syafawiyah berasal dari sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Ishak
Syafiuddin (1252-1334) yang berpusat di Ardabil, sebuah kota di Azerbijan.
Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di
Turki. Sebagai pendiri kerajaan, Safiuddin dikenal sebagai pribadi yang agamis.
Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang
keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi dan menjadi
menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya
gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan
golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf berubah
menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar. Kerajaan
Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907, tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah
diTabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan menjadikan Syiah Itsna Asyariah sebagai
ideologi negara.
2. Kesultanan
Kerajaan Syafawiyah.
Pada 1524, shah
Ismail wafat. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah utara Tranxsosiana sampai
teluk Persia di wilayah selatan. Afganistan dibagian Timur hingga dibagian
Barat sungai Eufrat. Setelah itu Shah Tamasp putranya diangkat menjadi raja.
Pada tahun 1554 M. Dia menjadi penguasa yang paling lama berkuasa di kerajaan
Syafawiyah. Setelah ia meninggal dunia, terjadilah benturan antara pangeran
syafawi dengan Suku Kijilbash. Tetapi yang paling dekat dengannya adalah anak
ke-limanya yaitu Pangeran Haedar Mirza, kedekatan ini yang membuatnya
mengumumkan dirinya menjadi pangeran, inilah yang membuat orang Kijilbash
menjadi keberatan, akhirnya Haedar Mirza terbunuh.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4 Muhammad Khudabanda
(1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9 . Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
Periode Shah
Abbas yang pada saat itu berusia 16 tahun. Ia sangat terkenal dan berhasil
menarik simpati rakayatnya dan Ia berhasil menstabilkan kondisi pemerintahan.
Abbas I menempuh langkah yaitu:
- Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizibasy atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang terdiri atas budak-budak.
- Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.
Pada periode
ini kamjuan ilmu politik dan ekonomi sangat pesat. Salah satu bukti kamjuannya
adalah bangunan Cahel Sultun yang terdiri atas empat puluh pilar yang
kokoh, disanalah kerajaan Syafawiyah. Disisi lain puisi dan filsafat juga
mendapatkan perhatian pada periode ini. Lembaga-lembaga pendidikan Syi’ah juga
berkembang dengan subur. Banyak sekolah yang dibangun oleh kerajaan Syafawiyah
di Isfahan, Siraj dan Mushad.
Hancurnya
Syafawiyah dimulai sejak wafatnya Abbas I, tetapi kehancuran total mulai
terlihat ketika Khalifah Sulaiman berkuasa. Ia balas dendam karena rezim Syi’ah
melakukan pemerasan dan penindasan terhadap rakyat, termasuk pemaksaan terhadap
ulama dari golongan Sunni agar menerima ajaran Syi’ah. Dan puncak kehancurannya
terjadi saat kekuasaan Shah Sultan Husein II.
3. Kemajuan Peradaban Islam di Persia
Keberhasilan
raja Abbas I dalam merebut kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh
kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya menjadi tolak ukur kemajuan
peradaban Islam di Persia khususnya dalam bidang politik. Selain kemajuan di
bidang politik, raja Abbas I juga telah membawa peradaban Islam menuju masa
keemasan di bidang yang lainnya seperti ekonomi, ilmu pengetahuan dan
pembangunan.
Di bidang
ekonomi, raja Abbas I berhasil mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pusat
perdagangan yang berada pada jalur penghubung antara Timur dan Barat. Sedangkan
di dunia IPTEK, Persia masa itu berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan handal
seperti Baha al-Din al-Syaerazi, Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan Muhammad
Baqir Ibn Muhammad Damad yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan
lebah-lebah.
Kemajuan di bidang keagamaan. Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khafilah-khafilah
sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara, tetapi
ia menanamkan sikap toleransi. Menurut
Hamka, terhadap politik keagamaan beliau Abbas tanamkam paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah
tidak lagi menjadi
paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani
diperbolehkan mengembangkan
ajaran agama dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan (Hamka,
1981:70).
Pada masa
kejayaan ini kerajaan telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan,
menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan
besar lagi indah, seperti masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit,
sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun.
Pada pintu masjid ini terdapat lapisan perak yang membuat masjid ini terlihat
begitu megah.
4. Kemunduran dan Kehancuran
Sepeninggal Abbas I Syafawi dipimpin oleh
Sultan-Sultan yang tidak mampu mempertahankan kemajuan Syafawi. Hal ini disebabkan
oleh beberapa factor yang antara lain sebagai berikut:
- Ketegangan dan konflik dengan Turki Usmani yang keberadaannya jauh lebih besar dan kuat daripada Syafawi.
- Keadaan para sultan yang lemah dan tidak efektif memimpin. Abbas II adalah raja yang gemar minum-minuman keras demikian juga sultan-sultan setelahnya yang memaksakan kehendak terhadap rakyatnya sehingga banyak pemberontakan yang menyebabkan kerajaan runtuh.
·
Kelemahan para sultan ditambah dengan
melemahnya semangat pasukan budak-budak yang direkrut Abbas I. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena
tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan
aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan
pertahanan kerajaan Safawi.
- Dekadensi moral khusunya dilingkungan Istana juga menyebabkan merosotnya pamor Syafawi dimata rakyatnya. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
·
Sering
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
B. KERAJAAN
TURKI USMANI
1. Latar
Belakang Berdirinya Kerajaan Usmaniyah
Kerajaan Turki Utsmani berdiri tahun 1281. Pendiri kerajaan ini adalah
bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara
negeri Cina, yaitu Utsman bin Erthogril (Yatim:2010:129) Nama Utsmani diambil
dari kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini yaitu Utsman bin
Erthogril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus
Turki. (Thohir, 2004:182) Sebelum berdirinya kerajaan Turki Utsmani, diawali
dengan pengembaraan Sulaiaman Syah ke Anatolia tetapi sebelum mencapai tujuan
meninggal di Azerbaijan kemudian kedudukannya digantikan putranya yang bernama
Erthogril, dan akhirnya sampailah ke Anatolia dan diterima penguasa Seljuk,
Sultan Alaudin yang sedang berperang dengan Bizantium. Berkat bantuan dari
Erthogril, pasukan Sultan Alaudin mendapatkan kemenangan, sehingga Erthogril
mendapat hadiah sebidang wilayah di perbatasan Bizantium serta memberi wewenang
mengadakan ekspansi.
Sepeninggal Erthogril, atas persetujuan sultan Alaudin, digantikan putranya
yang bernama Utsman yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M.
Akibat serangan Mongol terhadap Bagdad termasuk Seljuk yang terjadi pada tahun
1300 M menyebabkan terbunuhnya Sultan Alaudin dan akibatnya dinasti ini
terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk
inilah Utsman mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Utsmani. (Thohir,2004: 182) Dengan
Utsman sebagai raja pertama yang sering disebut Utsman I ( Yatim, 2010: 130). Jika
kita menapaki sejarah, kerajaan Turki Utsmani merupakan kerajaan terbesar dan
paling lama berkuasa, selama enam abad lebih (1281-1924 M), Pada masa
pemerintahan Turki Utsmani para sultan bukan hanya merebut negeri-negeri arab,
tetapi juga seluruh wilayah antara Kaukasus dan kota Wina, bahkan sampai ke
Balkan. Dengan demikian tumbuhlah pusat-pusat Islam di Trace, Macedonia,
Thessaly, Bosnia, Herzegovina, Bulgaria, Albania, dan sekitarnya (Thohir,
2004:180). Bahkan raja-raja Islam di Indonesia (abad XVII), seperti raja Aceh
dan Banten pernah mengutus para utusan dengan kerajaan Turki Utsmani dan pernah
meminta pengakuan memakai gelar sultan dari Istambul.
2. Kesultanan Turki Usmani
Raja-raja Turki
Usmani bergelar Sultan dan khalifah sekaligus. Mereka mendapatkan kekuasaan
secara turun-temurun walaupun tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti
sultan terdahulu. Setelah Usman meninggal pada tahun 1326 M, kemudian Ia
digantikan oleh puteranya yang bernama Orkhan (Urkhan). Pada periode ini
tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa karena Orkhan berhasil membentuk tiga
pasukan utama tentaranya yang terdiri dari: Sipahi (tentara regular), Hazab
(terntara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang
(Mal Al-Ganimah). Ketiga yaitu tentara Jenisari yang direkrut
pada saat berumur dua belas. Karena tentara tersebut menyalah gunakan kekuatan
mereka, sehinga pada masa Sultan Mahmud II berkuasa tentara ini
dibubarkan (1969: 117). Setelah itu Sultan Mahmud digantikan oleh puteranya
yang bernama Murad I yang berhasil menaklukkan banyak daerah seperti
Adrionopol, Masedonia, Bulgaria, Serbia dan Asia Kecil. Namun yang paling
monumental adalah penaklukkan di Kosovo (1389 M) sehingga daerah tersebut
selama lima ratus tahun dikuasai oleh pemerintahan Turki Usmani. Walaupun
banyak menghadapi peperangan Sultan Murad I tidak pernah terkalahkan, sehingga
ia dijuluki Alexander pada Abad pertengahan. Setelah itu Murad digantikan oleh
puteranya yang bernama Bayazid yang terkenal dengan julukan Ildrim/Eldream
(kilat). Bayazid dengan cepat menaklukkan daerah-daerah sekitar dan
memperluas wilayahnya sampai ke Eropa. Sepeninggal Bayazid Turki Usmani mulai
mengalami kemunduran. Selanjutnya Turki Usmani dipimpin oleh Muhammad
yang berhasil mengmbalikan Turki Usmani seperti sedia kala, dia berhasil
menstabilkan Turki Usmani dan atas keberhasilannya ini para sejarawan
mensejajarkannya dengan Umar II dari dinasti Umayyah.
Setelah
Muhammad meninggal, ia digantikan oleh Murad II yang berhasil
mengembalikan citra Murad I, yaitu dengan kembali merebut daerah-daerah
kekuasaan di Eropa (Kosovo) yang sempat lepas setelah Bayazid meninggal. Dia
juga seorang penguasa yang saleh dan dicintai oleh rakyatnya, juga seorang yang
sabar, cerdas dan berjiwa besar dan ahli ketatanegaraan.
3. Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan
Penaklukkan
Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 29 Mei tahun 1453 saat dipimpin
oleh Muhammad II atau yang dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Muhammad
al-Fatih mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di
Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah
memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya
sampai ke Eropa dan Afrika Utara di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah
mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian
kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan
antara Eropa dan Asia. Pada saat itulah kehancuran bagi Bizantium yang sudah
berkuasa sebelum masa Nabi. Sultan Muhammad al-Fatih juga berhasil
menaklukkan Venish, Italy, Rhodos dan Cremia yang terkenal dengan
Konstantinopel II.
Al-Fatih juga
menetapkan undang-undang baru dalam Islam yang disahkan dalam Qanun Namah
yaitu membunuh saudara kandung, termasuk keponakan, paman dan keluarga dekat
yang dianggap bersaing dalam perebutan kekuasaan- adalah Halal, dengan alasan
untuk tetap menjaga keutuhan Negara dan wilayahnya tidak terpecah-pecah. Fatwa
tersebut disahkan oleh Syaikh al-Islam. Setelah Fatih meninggal, ia
digantikan oleh puteranya yang bernama Bayazid II, kemudian dilanjutkan
oleh anaknya yang bernama Salim I, ia terkenal sebagai penguasa yang
sangat kejam. Dalam sejarah Eropa, ia dikenal sebagai Salim The Grim. Sebelum
menjadi Sultan ia melawan ayahnya dan melakukan pembunuhan terhadap saudaranya
yang bersaing merebut tahta dan kekuasaan. Ia menaklukkan Asia Kecil, Persia,
Kaldrin dan Mesir dan juga berhasil menaklukkan Sultan Mamluk (1517 M). Ia juga
memindahkan Khalifah Bani Abbas ke Konstantinopel dan merebut gelar saklar
dengan cara paksa. Dengan pemindahan jabatan sakral dari Kairo ke
Konstantinopel, maka sejak itu nama kota tersebut berubah menjadi Istambul.
Sejak saat itu
dalam sejarah Islam terdapat dua jabatan penting yang di kuasai oleh seorang
penguasa, yaitu sebagai Sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi
seluruh dunia Islam. Sepeninggal Salim I, ia digantikan Sulaiman Agung
1520-1566 M, ia merupakan penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam.
Ia dijuluki sebagai Sulaiman Al-Qanuni. Sulaiman merupakan pemimpin yang
paling terkenal di kalangan Turki Usmani dan pada awal abad ke-16 ia adalah
kepala Negara yang paling terkenal di dunia. Sulaiman juga berhasil
menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Bahkan pada saat terjadi
pertentangan antara protestan dan katolik di Eropa, sebagian diantara mereka
meminta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Setelah Sulaiman, kerajaan
Turki Usmani mengalami kemunduran.
Fakktor
– faktor kemajuan Turki Utsmani, dipengaruhi antara lain:
1. Adanya
sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa sehingga mereka
hidup berkecukupan dan mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
2. Tidak adanya
diskriminasi dari penguasa, semua pihak berhak mendapat kedudukan yang tinggi,
tidak terbatas pada kelompok tertentu saja.
3. Menggunakan
tenaga profesional dan terampil khususnya di bidang administrasi pemerintahan
serta kepengurusan organisasi yang cakap
4. Turki
memperlakukan para pendatang dan penduduk baru secara baik dalam kehidupan
beragama maupun bermasyarakat, sehingga mereka banyak yang tertarik memeluk
agama Islam.
5. Rakyat yang
memeluk agama kristen hanya dibebani biayaperlindungan (jizyah) yang murah
dibanding di zaman Bizantium.
6. Turki
membebaskan rakyatnya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
masing-masing, bahkan kepada penduduk pendatang seperti waktu hari besar
kristen para tentara yeniseri menjaga gereja. (Thohir, 2004:190)
4. Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani
Sejak tahun 1920, Mustafa
Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat
aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan
kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup
kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya
mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan
kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal
Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional, dan ia menobatkan diri sebagai
ketuanya. Sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istambul dan
pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara.
Setelah resmi
dipilih jadi ketua parlemen, Pasha
mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin
seorang presiden yang dipilih
lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih
parlemen sebagai presiden pertama Turki. Kemal
mengeluarkan ancaman bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa
dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah
digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.
Faktor-Faktor Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
·
Faktor
internal
1. Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya system pemerintahan yang
ditangani oleh orang-orang penerusnya yang kurang profesional, kurangnya
keadilan serta korupsi yang merajalela.
2. Heterogenitas penduduk dan agama. Menurut Philip K Hitti, dalam
Tarikh al Daulah al Islamiyah menyatakan bahwa suatu negara yang landasan
berdirinya untuk kepentingan militer, bukan untuk kemashlahatan bangsa, tidak
akan mampu menyatukan keberagaman penduduk dan agama.
3. Kehidupan para penguasa yang suka bermewah-mewahan mengikuti
gaya hidup orang barat dan meninggalkan nilai-nilai Islam.
4. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang berlangsung
berabad-abad lamanya.
·
Faktor
Eksternal
1. Timbulnya gerakan nasionalisme di kalangan bangsa-bangsa yang
tunduk pada kerajaan Turki Utsmani.
2. Kemajuan teknologi di dunia barat, khususnya di bidang persenjataan,
sedangkan Turki mengalami stagnasi dalam bidang teknologi senjata, sehingga
selalu mengalami kekalahan dalam setiap kontak senjata dengan bangsa
Eropa.(Thohir.2004: 191-192)
Sampai pada akhirnya pada tanggal 3 maret 1924, dengan tokoh
reformisnya Mustafa Kemal Attaturk, secara resmi menghapus lembaga kesultanan
dan khilafah dari bumi Turki dan memproklamsikan negara Republik Turki, sebagai
negara sekuler dalam konstitusi.
C. KERAJAAN
MUGHAL DI INDIA
1. Latar Belakang Berdirnya Kerajaan Mughol
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan
Safawi. Jadi, di antara tiga keajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang termuda.
Kerjaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. Awal
kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari
dinasti Bani Umayah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah
di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim (Yatim,2010: 145) Kerajaan Mughal di India
dengan Delhi sebagai ibukota didirikan oleh Zaharuddin Babur (1482-1530 M) ,
salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Ferghana.
Babur mewarisi Ferghana dari ayahnya ketika berumur 11 Tahun. Pada tahun 1494
M, dia berhasil menduduki Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah dengan
bantuan dari Raja Safawi, Ismail I. Kemudian di tahun 1504 M, Kota Kabul di
Afghanistan berhasil diduduki. Setelah Kabul berhasil ditaklukkan, Raja Babur
melanjutkan ekspansinya ke India untuk melawan raja Ibrahim Lodi sebagai
penguasa India. Karena terjadi krisis pemerintahan di India, hal ini
menguntungkan pihak Babur. Dengan mengerahkan militernya akhirnya pada tahun
1525 M, berhasil menaklukkan Punjab dengan ibukotanya Lahore, dan di tahun
1526M terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Ibrahim dengan Babur
di Panipat, Babur berhasil memasuki kota Delhi pada tanggal 21 April 1526,
sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahan dengan mendirikan kerajaan Mughal
di Delhi.
Kerajaan Mughal
patut untuk dimasukkan ke dalam salah satu kerajaan terkuat di India. Latar
belakang sejarah berdirinya kerajaan Mughal berawal dari ekspansi yang
dilakukan oleh Zahirudin Muhammad dikenal dengan Babur yang berarti
singa, salah satu cucu dari timur lank. Kemenangan Babur atas ekspansi di
wilayah Samarkand tidak lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari kerajaan
Safawi. Sehingga dalam beberapa peperangan kerajaan Mughal selalu mendapatkan
kemenangan.
2. Kesultanan kerajaan
Mughal
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan
Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah
militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat.
Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal
dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulakhul atau toleransi
universal. Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan etnis dan agamanya. Sehingga di masa Akbar, kerajaan tidak dijalankan
dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai
agama tidak dipandangnya sebagai orang lain.
Amir-amir dan sultan-sultan Islam yang selama ini berkuasa di
daerahnya sendiri dengan cara kesewenang-wenangan bersama dengan para maharaja
beragama Brahmana, berkat Akbar semuanya telah menjadi tiang-tiang bagi sebuah
imperium Islam yang besar di Benua India. Di samping itu, pemerintahan tidak dipegangnya
sendiri, tetapi diadakannya menteri-menteri. Kepada pemungut pajak
diperintahkan dengan keras agar tidak memungut pajak dengan memaksa dan
memeras. Di dalam persoalan agama,beliau sangat toleran dan bagi orang yang
beragam Hindu dihormati oleh Akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam
(Hamka, 1981: 150). Dengan demikian, Akbar adalah seorang reformis Kerajaan
Mughal yang telah menata pemerintahan dengan sistem yang lebih baik dibanding
dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya. Di bidang agama, ia adalah sebagai tokoh
moderat yang memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk melaksanakan ibadah
sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
Dengan adanya kebijakan seperti di atas, rakyat India sangat
simpati kepadanya dan kehidupan sosial masyarakat saling hormat-menghormati
serta senantiasa menjunjung tinggi toleransi.
3.
Puncak Kejayaan
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi Kerajaan Mughal pada abad
ke-17, mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan, seni, dan budaya. Di bidang
pengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa
nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bangsawan
dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan. Di bidang
filsafat cukup maju dan satu di antara tokohnya adalah Akbar sendiri, sementara
ahli tasawuf yang terkenal pada masa itu adalah Mubarok, Abdul Faidhl, dan
Abul Fadl, (Hamka, 1981: 152)
Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra
gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Penyair
India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayadi seorang sastrawan
sufi yang menghasilkan karya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya
alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa manusia. Pada masa Akbar, dibangun
Istana Fatpur di sikri, vila, dan masjid yang indah. Pada zaman Syah Jehan,
dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Aqra, Masjid Raya Delhi di
Istana Indah, Lahore, (Yatim, 2010:151). Sultan-sultan Mughal juga mendirikan makam-makam
yang indah. Berdasarkan uraian di atas maka ilmu pengetahuan, seni, dan budaya
pada masa Kerajaan Mughal maju cukup pesat, khususnya pada masa Akbar.
Kemajuan di bidang Ekonomi. Sektor ekonomi utama kerajaan Mughal
berasal dari hasil pertanian seperti biji-bijian, padi kapas, nila, rempah-rempah
dll, bahkan hasil pertanian ini diekspor ke negara Eropa, Afrika, Arabia dan
Asia tenggara bersama dengan hasil kerajinan seperti pakaian tenun dan kain
tipis yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal. Kemajuan yang dicapai Akbar dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya yaitu, Jehangir (1605-1628), Syah
Jehan (1628-1658) dan Aurangzeb (1658-1707), ketiganya merupakan sultan sultan besar
Mughal yang didukung dengan berbagai kecakapan dan kekuatan militer , tetapi
setelah terjadi pergantian raja raja sesudahnya kerajaan Mughal mengalami
kehancuran.
Faktor – faktor kemajuan kerajaan Mughal:
a. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat.
Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa,
baik antara Islam-Hindu, antara masyarakat beretnis dari India maupun non India
(Persi atau Turki).
b. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera
dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki
patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan
petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam
ketentaraan.
d. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan.
Para Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan
atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra.
4.
Kemunduran Kerajaan Mughal
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya
pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga
operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik,
yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau keras dalam melaksanakan
syariat Islam tanpa adanya toleransi antar umat beragama Islam dengan Hindu,
sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan.
PERBEDAAN KEMAJUAN MASA INI DENGAN
MASA KLASIK
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini,
umat islam kembali mengalami kemajuan akan tetapi, kemajuan yang di capai
berbeda dengan kemajuan pada masa klasik islam, kemajuan pada masa klasik lebih
kompleks.NAda beberapa alasan mengapa kemajuan yang di
capai masa ini tidak sebanding dengan kemajuan yang di capai pada
masa klasik:
1.
Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah
netode berfikir tradisional. Cara berfikir ini tampaknya mempengaruhi
perkembangan peradapan dan ilmu pengetahuan
2.
Pada masa klasik islam, kebebasan berfikir berkembang dengan masuknya
pemikiran filsafat yunani. Namun kebebasan ini menurun sejak Al-Ghazali
melontarkan kritik tajam dengan pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya
Tahafut al-falasifah (kekecauan para filosof). Nurkholis Majid mengatakan
pemikiran Al- Ghazali itu memenjarakan kreatifitas intlektual
islam.
3.
Al- Ghazali tidak hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, akan
tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam islam. Sehingga ajaran ini
berkembang pesat setelah Al- Ghazali.
4.
Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikirn yang di
sediakan masa klasik seperti perpustakaan dan karya-karya ilmiah, baik yang di
terjamahkan dalam bahasa yunani, persia, dan syiria maupun dari bahasa
lainnya banyak yang hancur,dan hilang akibat serangan bangsa mongol.
5.
Kekuasaan islam pada masa tiga kerajaan besar di pegang oleh bangsa
turki dan mongol yang lebih di kenal sebagai bangsa yang suka perang ketimbang
bangsa yang suka ilmu.
6. Pusat-pusat kekuasaan islam pada masa ini
tidak berada di wilayah Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Uraian diatas dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:
1.
Kebesaran
imperium Islam abad ke-17 tertumpu pada tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan
Syafawi di Persia, Mughal di India, dan Turki Utsmani di Turki.
2.
Proses
terbentunya ketiga kerajaan tersebut yaitu,
a. Kerajaan Turki Utsmani terbentuk akibat terbunuhnya Sultan
Seljuk, Alaudin ketika mendapat serangan dari kerajaan Mongol sehingga kerajaan
–kerajaan kecil di sekitar Seljuk memproklamirkan sebagai sebuah kerajaan
termasuk sultan Utsman yang kemudian mendirikan kerajaan Utsmani.
b. Kerajaan Safawi terbentuk berawal dari gerakan tarekat safawiyah
yang ingin terjun ke dunia politik sampai pada akhirnya terwujud ketika Syah
Ismail berhasil menaklukkan kota Tabriz, dengan Syiah Itsna Asyariah sebagai
ideologi negara.
c. Kerajaan Mughal terbentuk melalui proses yang
panjang, yaitu setelah sultan Babur berhasil mengalahkan Ibrahim Lodi penguasa
di India, dan menaklukkan Delhi. Dengan keberhasilannya tersebut Sultan Babur
memproklamirkan berdirinya kerajaan mughal di India.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan mengalami
kemunduran disbanding pada masa Dinasti Abbasyiah, yang dipicu oleh
berkembangnya berbagai aliran tarekat dan terpaku pada satu madzab.
4. Kemajuan yang dicapai
terutama dalam bidang politik terutama dalam perluasan wilayah, ekonomi maupun
seni
5. Kemajuan tersebut disebabkan karena faktor
kekuatan militer serta pasukannya yang sangat setia terhadap pemimpinnya, jiwa
dan tenaga yang tangguh.
6. Tetapi kemajuan yang
dicapai ternyata tidak berlangsung lama yang disebabkan regenerasi raja-raja
yang tidak setangguh pendahulunya, sering terjadi perebutan kekuasaan
dikalangan istana, serta kehidupan duniawi yang berlebihan para raja dan
intervensi negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Austria dan Perancis.
Demikian makalah yang dapat kami sajikan semoga dapat menjadi pelajaran
bagi perkembangan Islam di masa yang akan datang .
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tohir,
Ajid, Perkembangan pradaban Di kawasan Dunia Islam, Raja Gratindo
Pesada, Jakarta, 2004.
2.
Yatim,
Badri, sejarah peradaban islam, Raja Gratindo Persia, Jakara, 2004.
3.
Siti,
Sa’adah, Http//PERADABAN DAN
PEMIKIRAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN BESAR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar