Senin, 02 September 2013

Penelitian Pondok Pesantren


A.   Latar Belakang

Pembuatan laporan ini karena tugas individu yang harus di kerjakan dan sekaligus untuk penilaian UAS yang di tugaskan oleh Dosen AKHLAK TASAWUF yaitu Bapak H. Badruddin, M.Ag. Laporan ini termuat penelitian di pondok pesantren di Banten baik itu mengenai metode-metode pembinaannya, dll. Pondok pesantren yang selain aktif sebagai lembaga keagamaa Islam, juga telah membutikan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran yang sangat besar dalam upaya mencerdaskan bangsa. Dan untuk memajukan pendidikan dan pembelajaran akhlak tasawuf pada zaman sekarang.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa pokok
permasalahan yang dapat dirumuskan dan dikaji sebagai berikut:

1.      Ingin mengetahui materi pengajaran tasawuf di Pondok Pesantren Bani Syafi’i?
2.      Metode apa saja yang diajarkan di Pondok Pesantren Bani Syafi’i?
3.      Apakah manfaat yang di dapat dari penelitian ini?


C.   Tujuan Penelitian

1.      Tugas individu yang harus di kerjakan
2.      Untuk penilaian nilai Uas
3.      Ingin mengetahui metode yang digunakan dalam pengajaran Tasawuf di Pondok Pesantren Bani Syafi’i.


D.   Hasil Penelitian

o   Materi pengajaran/pembinaan akhlak tasawuf di pondok pesantren Bani Syafi’i.

1.      Tasawuf Akhlaqi
Dalam pandangan kaum sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Manusia sering dikendalikan oleh dorongan- dorongan nafsu pribadi, bukan manusia yang mengendalikan hawa nafsunya. Ia cenderung ingin menguasai dunia atau berusaha agar berkuasa di dunia. Cara hidup seperti ini akan membawa manusia kejurang kehancuran moral. Sebenarnya manusia tidak boleh mematikan sama sekali nafsunya, tetapi ia harus menguasai agar nafsu itu tidak sampai membawa kepada kesesatan. Nafsu adalah suatu potensi yang diciptakan Tuhan di dalam diri manusia agar dia dapat hidup lebih majupenuh kreativitas dan bersemangat. Tingkah laku manusia yang dikendalikan hawa nafsunya hanya untuk kesenangan duniawi merupakan tabir penghalang antara manusia dengan Tuhanya. Menurut Narasumber adapun bentuk dari usaha yang dilakukan ahli tasawuf dalam menuju hadirat Illahi dengan melalui tiga level (tingkatan) yakni: pertama; Takhalli, kedua;Tahalli, ketiga; Tajalli.
a.      Takhalli
Takhalli, berarti membersihkan diri dari sifat- sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat batin. Di antara sifat- sifat tercela yang mengotori jiwa (hati) manusia adalah hasad (dengki), su’ ual-zann (buruk sangka), takkabur (sombong), ‘ujub (membanggakan diri), riya’ (pamer), (kikir), dan ghadab (pemarah). Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu jahat. Takhalli ini diterapkan kepada santriwan-santriwati yang ada di Pondok tersebut.
b.      Tahalli
Tahalli, yakni mensucikan diri dengan sifat- sifat terpuji, dengan ta’at lahir dan taat batin. Tahalli juga berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan di atas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat “luar” atau ketaatan lahir maupun yang bersifat “dalam” atau ketaatan batin. Yang dimaksud dengan ketaaatan lahir atau luar, dalam hal ini, adalah kewajiban yang bersifat formal seperti salat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan ketaatan batin atau dalam adalah seperti iman, ikhlas.
c.       Tajalli
Tajalli berarti terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajalli ialah lenyap atau hilangnya hijab dari sifat- sifat kebasyariahan (kemanusiaan). Seseorang dapat memperoleh pancaran nur llahi.
d.      Munajat
Secara sederhana kata ini mengandung arti melaporkan diri kehadirat Allah atas segala aktivitas yang dilakukan. Menyampaikan raport yang baik maupun yang jelek dengan cara khas sufiini adalah salah satu bentuk doa yang diucapkan dengan sepenuh hati disertai uraian air mata dan dengan bahasa yang puitis. Munajat biasanya dilakukan dalam suasana keheningan malam seusai sholat tahajjud, agar seluruh ekspresinya tertuju bulat kehadirat Illahi.
e.       Zikir
Zikir berfungsi sebagai alat control bagi hati dan perbuatan agar jangan sampai menyimpang dari garis yang sudah ditetapkan Allah. Lebih dari itu, zikir akan mengantarkan seseorang ke alam ketenangan batin, kestabilan jiwa dan rasa kebahagiaan yang sebenarnya karena ia merasa dan dengan kesadaran penuh akan keberadaaanya kehadirat Allah.


2.      Tasawuf A’mali
Jiwa yang bersih merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan, karena Dia adalah Bersih dan Suci dan hanya menginginkan atau menerima orang-orang yang bersih. Melalui aspek lahir dan batin, yang mana kedua aspek tersebut dalam agama dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu:
a.      Syari’ah
Syariah berarti mengerjakan amalan- amalan lahir (badaniayah) dari ajaran atau hukum- hukum agama, seperti shalat, puasa, zakat, haji, berjihad di jalan Allah dan menunutut ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Bagi mereka syari’at adalah amal ibadah lahir baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan sesama, sebagaimana yang diuraikan dalam kitab fiqih yang disebut juga hukum syri’at.
b.      Thoriqoh
Perjalanan ini sudah mulai bersifat batiniyah, yaitu amalan lahir yang disertai amalan batin. Perjalanan itu Al-Maqomat dan Al-Ahwal. Bahwa thariqoh adalah suatu sistem atau metode untuk mengenal dan merasakan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Maka seseorang dapat melihat dengan mata hatinya sedang jalan yang paling efektif adalah dengan melakukan sholat, zikir, puas dan kesabaran, menurut narasumber.
c.       Hakekat
Dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syari’ah dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi. Hakikat juga dapat berarti kebenaran sejati atau mutlak, sebagai akhir dari semua perjalanan, tujuan segala jalan. Dalam keterangan lain, syari’ah dartikan dengan, engkau menyembah Allah dan hakikat engkau pandang dengan musyahadah hatimu kepada-Nya.
d.      Ma’rifah
Secara etimologi ma’rifah berarti pengetahuan atau pengenalan, sedangkan istilah sufi ma’rifah itu diartikan sebagai pengetahuan mengenal Tuhan melalui hati (qalb). Ma’rifat adalah mengenal Allah dan ini merupakan tujuan utama dalam tasawuf , yakni mengenal Allah yang sebenar-benarnya. Bahwa ma’rifat dapat dicapai dengan melalui syari’ah, thariqoh, lalu mendapatkan hakekat.


3.      Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang ajaran- ajaranya memadukan antara visi mistis dan visi rasional.  Pada dasarnya ilmu tasawuf membahas tentang persoalan-persoalan yang berhubungan dengan akhlak dan budi pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara- cara, ikhlas, khusyu’, tawadlu’, muraqobah, mujahadah, sabar, ridlo, tawakal, dan seluruh sifat terpuji yang berjalan dalam hati. Jadi sasaran pengajaran tasawuf adalah akhlak dan budi pekerti yang baik berdasar kasih dan cinta Allah. Oleh karena itu, pengajaran tasawuf sangat memerlukan adab atau tata cara yang baik dalam berhubungan dengan sesama atau berhubungan dengan Allah Robbul Jalil.


o   Metode Pengajaran/Pembinaan Akhlak Tasawuf

           Metode pengajaran tasawuf di pondok pesantren  ini ada yang mengikuti perkembangan zaman dan cenderung disebut dengan metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern. Pondok pesantren ini menggunakan Metode
1.      Metode Manajemen Qolbu
Manajemen qolbu atau manajemen menata hati bertujuan membentuk manusia berhati ikhlas, berpandangan positif, dan selalu menata hati berdasarkan keimanan kepada Allah Swt. Dengan Manajemen Qolbu yang benar, maka kita akan memperoleh hati yang selalu bercahaya. Untuk memperoleh hati yang bersih dan selalu bercahaya, kita harus selalu menata hati, memperindah hati, dan menghidupkan hati nurani dengan cara menjaga pandangan, menjaga lisan, memelihara perut dan memilih pergaulan. Kita harus mempunyai hati yang mampu menyelamatkan kita. Dari itu santriwan-santriwatinya di ajarkan berakhlakul karimah.

2.      Metode Zikir
Kata Arab dzikr secara harfiah berarti mengingat, sedangkan secara istilah terdapat beberapa pendapatyang mendefinisikan dzikir sebagai upaya untuk menghadirkan Allah Swt, ke dalam kabu disertai perenungan- perenungan (tadabbur). Jadi, zikir merupakan upaya mengingat Allah Swt dengan ungkapan- ungkapan tertentu yang dilakukan secara berulang- ulang berdasarkan kemauan orang yang berzikir (dzakir). Menurut narasumber Bapak Ahmad Hamzah: ”Zikir merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah”. Misal kalimat laa illa ha illa llah (tiada Tuhan selain Allah). Kalimat ini menjadi suatu keharusan bagi para santiwan-santriwatinya untuk menghafalkanya setiap hari dengan hitungan tertentu. Ada dua cara penyampaian zikir di kalangan para sufi yaitu, zikir lisan dan zikir kalbu. Kalau yang pertama adalah zikir dengan melafalkan dalam ucapan lisan, yang kedua hanya menyebut dalam hati. Di pondok pesantren ini menggunakan keduanya.

3.      Metode Nasyid
Manusia modern, khususnya kaum muda sangat gemar dengan dunia hiburan terutama musik. Untuk itu, diperlukan musik alternatif yang bermutu yang membina keimanan dan akhlak kaum muda. Nasyid adalah salah satu musik alternatif modern yang sehat. Biasanya para penikmat musik nasyid jauh lebih Islami dan berakhlak luhur. Dalam syair nasyid isinya antara, tentang taubat atas segala dosa, memohon hidayah, dan bantuan Allah, mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan- Nya sehingga bisa mencapai kebahagiaan kekal. Di pondok pesantren ini Nasyid di mainkan oleh santriwannya pada hari Minggu.

4.      Metode Mabit
Mabit (Malam Bina Iman dan Takwa). Kegiatan Mabit dimulai dengan melakukan shalat Magrib berjamaah, tadarus Al- Qur’an sampai waktu Isya, lalu shalat Isya berjamaah. Setelah itu kemudian diadakan diskusi keislaman, bedah buku atau ceramah sampai pertengahan malam, kemudian istirahat atau tidur. Pada malam sepertiga terakhir, para santriwan-santriwati dibangunkan untuk shalat malam (tahajud) diselingi dengan renungan. Pada saat renungan inilah ada pembinaan akhlak yang intens dan pentingnya bertaubat. Renungan ini terasa menyentuh hati dan menggugah ghirah keislaman kita. Sehingga pada waktu renungan tidak heran semua santriwan-santriwatinya mengeluarkan air mata.


5.      Metode Harakah
Metode harakah di masukkan ke dalam pembinaan akhlak tasawuf adalah Jamaah Tabligh. Kta narasumber menurut Syeikh Abu Bakar menguraikan enam ciri khas Jamaah Tabligh, yaitu:
a.       Mewujudkan hakikat syahadat dengan beribadah kepada Allah Swt sesuai yang diajarkan Rasulullah.
b.      Shalat yang khusyu dan khudlu. Yakni menegakkan shalat dengan menyempurnakan rukun dan wajibnya. Shalat yang khusu’ mampu mencegah perbuatan keji dan munkar.
c.       Ilmu yang disertai dengan dzikir. Yakni mempelajari ilmu yang diperlukan dan beramal dengannya. Itulah yang dimaksud dengan zikir. Beramal dengan ilmu adalah berzikir dan beramal tanpa ilmu adalah penyimpangan dan kelengahan.
d.      Memuliakan saudara sesama Muslim. Memuliakan saudara Muslim adalah menghormati dan mengangkat harga dirinya.
e.       Mengoreksi niat, artinya seorang Muslim harus berniat secara baik dan lurus agar seluruh amal perbutannya mendapatkan ridha Allah Swt.
f.       Dakwah ilallah, maksudnya berdakwah kepada sesama manusia agar beriman kepada Allah, juga beramal dijalan Allah dan Rasul- Nya.



o   Manfaat hasil penelitian dalam pembinaan/pengajaran Akhlak Taswuf dalam masing–masing kalangan yaitu sebagai berikut :

1.      Bagi santri
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam berakhlak santri melalui beberapa metode- metode yang telah diterapkan di Pondok Bani Syafi’i.

2.      Bagi Peneliti
Ø  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan masalah pengajaran/pembinaan Akhlak Tasawuf guna mencapai hasil pengajaran yang maksimal.
Ø  Dapat menerapkan metode-metode yang di gunakan Pondok tersebut, sehingga dapat berakhlak dengan baik.

3.      Bagi Lembaga
a.       Bahan acuan dalam pengembangan pembinaan/pengajaran beragam santri yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Bani Syafi’i.
b.      Penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan dalam rangka memecahkan problematika pengajaran dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran di Pondok Pesantren Bani Syafi’i.